Tuesday, December 15, 2015

Chapter 03 - Jurus Dewa Si Berandal

Trijoe segera mengusap peluh di dahinya, tak terasa ia sudah berkeringat dingin. Dengan mengertakkan giginya, Trijoe memberi aba-aba pada teman-temannya, “Maju, lakukan seperti apa yang kita bicarakan tadi!” Ia kemudian merangsek maju dan menetapkan langkahnya ke arah Dino.

Anak-anak SMA YY segera maju dan masuk ke dalam perkelahian, tetapi bukannya membantu Dino dkk, mereka justru membantu pihak Boni dan Bandit Jalanan. Kondisi perkelahian segera berbalik seratus delapan puluh derajat dengan turunnya anak-anak SMA YY, ke arah kemenangan pihak Boni.

Sebelum mereka masuk ke dalam perkelahian pun, kondisi tawuran walaupun sedikit tidak menguntungkan di pihak Boni, tapi posisi mereka masih seimbang. Hal ini dikarenakan pamor dari Bandit Jalanan yang terkenal brutal, apalagi melihat mereka membawa berbagai macam senjata seperti rantai besi, pemukul kasti, bahkan sebagian besar dari mereka menggunakan roti kalung di tangan, membuat lawan-lawan mereka sedikit keder, dan hanya dengan dua atau tiga lawan satu barulah mereka berani melawan anak-anak Bandit Jalanan.

Dino yang melihat tindakan anak-anak SMA YY tampak tak percaya, ia menatap pada Trijoe yang sedang menghampirinya, dan bertanya dengan suara serak, “Kenapa?”

Trijoe maju sampai di hadapan Dino, menatap matanya sekilas kemudian menundukkan kepalanya, merasa sedikit bersalah, “Sori, tapi kami terpaksa melakukan ini.”

Dino segera mencengkeram kerah leher Trijoe, dan berseru keras, “Apa maksudmu ‘terpaksa’? Bukankah kau teman baikku? Kenapa sekarang kau berbalik menusukku dari belakang? Kenapa?”

Trijoe memandang pada Dino, kemudian melirik pada TH yang sudah meninggalkan sepeda motornya dan berjalan menuju mereka berdua ditemani dua orang. Hati Trijoe bergetar keras, ia segera melepaskan tangan Dino dari kerahnya dengan kasar, dan berseru, “Justru aku melakukan ini karena kau teman baikku!”

“Hah! Omong kosong!” Dino segera melayangkan tinjunya ke muka Trijoe.  Trijoe melihat tindakan Dino segera mengelak dan mundur.

“Kau tahu siapa pengendara V-ixion itu? Dia TH! Si Topeng Hitam! Kau pasti pernah mendengar kebrutalannya, tak pernah memberi ampun pada lawan-lawannya sebelum mereka patah tulang dan masuk rumah sakit!”

“Aku tak peduli siapa dia, kalau saja kau tidak menusukku dari belakang, kita pasti bisa mengalahkan mereka, peduli amat dengan Bandit Jalanan, dengan jumlah kita sebanyak ini kenapa kita harus takut pada mereka? Justru mereka akan kita lumatkan sekarang!” Dino mengejar Trijoe dan melayangkan pukulan dan tendangan ke arahnya, yang terus dielakkan oleh Trijoe tapi beberapa kali pukulan dan tendangan Dino mengenai tubuh Trijoe, yang hanya mengertakkan giginya menahan sakit.

Tak berapa lama Trijoe mulai membalas Dino dan saat terbuka kesempatan, Trijoe melayangkan pukulan ke pipi Dino menyebabkan Dino tersungkur jatuh dan mulutnya meneteskan sedikit darah.

“Dasar bodoh! Sekarang kita menang, tapi bagaimana selanjutnya? Apa kau tidak tahu kalau Bandit Jalanan tidak pernah melupakan dendam mereka sebelum musuh-musuh mereka hancur? Apa kau bisa setiap hari mengumpulkan anak-anak sebanyak ini? Apa kau tidak tahu kalau TH punya banyak sekutu? Kalau mereka mau, tigaratus anak-anak SMA pun bisa mereka kerahkan! Pada saat hal itu terjadi, bagaimana denganmu? Hah?” Trijoe meluapkan kemarahannya pada Dino, yang masih gelap mata dan tidak menyadari kalau bencana ada di depan mata mereka.

“Meskipun hari ini kau berhasil menghajar mereka tapi aku berani bertaruh kalau besok mereka akan kembali untuk membalas kalian lebih hebat dan membuat kalian masuk rumah sakit!” lanjut Trijoe dengan wajah penuh amarah. Dari sudut matanya ia melihat TH sedang berdiri dengan berpeluk tangan di dada, memandang ke arah mereka berdua, seakan-akan sedang menonton suatu pertunjukan yang menarik.

Hati Trijoe kembali bergetar dengan keras, ia segera mencurahkan perhatiannya pada Dino yang tampak wajahnya menjadi merah dan kalap, mengejar dirinya dan kedua tangannya terayun ke sana kemari bertujuan untuk memukulnya. Trijoe sesekali terpukul, tapi kemudian membalasnya lebih keras, dan suatu ketika memberikan pukulan yang keras ke perut Dino, membuatnya tersungkur dan merintih kesakitan di tanah.

Andy selama ini hanya berdiam diri saja ditemani kedua temannya, Andre dan Toni. Sejak awal ia hanya mengawasi jalannya tawuran yang kurang seimbang, sambil mencari sosok Trijoe, yang saat itu sedang memandangnya. Andy balas memandangnya dan terlihat tubuh Trijoe sedikit bergetar kemudian tampak dia bergerak ke arah jalannya perkelahian masal dan memberi perintah anak buahnya untuk turun tangan membantu pihak Boni.

Andy hanya tersenyum simpul, perjudiannya kali ini ia menangkan dengan gemilang. Trijoe bukan seorang bodoh, ia tahu kalau sia-sia melawan perintahnya karena balasan yang akan ia terima saat membangkang jauh lebih hebat. Dia hanya mengawasi perkelahian Trijoe dan Dino dari awal sampai Dino tersungkur kesakitan di tanah.

Melihat situasi yang cukup menguntungkan bagi pihaknya, Boni tampak bersemangat dan berhasil melumpuhkan dua pengepungnya. Anak-anak SMA ZZ sedikit terkejut saat melihat anak-anak SMA YY membantu pihak mereka, tapi segera rasa terkejut mereka segera berganti dengan rasa girang dan bersemangat, membuat mereka lebih garang dan lebih berani dalam melawan musuh-musuh mereka.

Andy yang melihat situasi sudah terkendali dan keuntungan bergeser ke pihaknya, segera memberi tanda pada kedua temannya untuk membantu Boni dan tak membutuhkan waktu lama, Boni segera bebas dari kedua pengepungnya dan segera menghampiri Andy.

“Boss, terima kasih sudah membantu kami, entah apa jadinya kalau Boss tidak membantu kami kali ini.” Katanya dengan penuh hormat pada Andy.

“Tidak masalah. Kau sudah menjadi sekutuku, tentu saja aku harus membantu kalian kalau kalian mengalami kesulitan. “ Sahut Andy dengan nada biasa saja, ia kemudian melanjutkan, “Kulihat situasi sudah menguntungkan pihak kita, tampaknya kami bertiga sudah tidak diperlukan lagi. Jadi kami akan pergi dulu.”

“Baik Boss, serahkan saja situasi di tempat ini pada kami, aku pasti akan memberikan hajaran yang keras pada Dino dan kawan-kawannya.” Kata Boni dengan nada penuh semangat.

Andy segera beranjak pergi sambil melambaikan tangannya pada Boni diikuti kedua temannya. Mereka bertiga segera naik ke sepeda motor masing-masing dan pergi dari tempat itu.
Tak seberapa lama setelah mereka bertiga pergi, beberapa mobil polisi berdatangan mengepung tempat mereka berkelahi. Melihat kedatangan para polisi, semua anak segera melarikan diri semburat ke semua arah, mengelak pengejaran dari para polisi. Para anggota Bandit Jalanan segera naik ke atas sepeda motor mereka saat mendengar suara sirine mobil polisi dan memacu sepeda motor mereka secepatnya untuk menghindari penangkapan dari para polisi.

Tapi sial bagi anak-anak SMA AA, DD, FF, YY, dan ZZ karena kepungan polisi maka satu persatu dari mereka tertangkap dan digiring ke satu tempat untuk dikumpulkan. Pada akhirnya setelah mereka ditangkap semua, termasuk Dino, Boni, dan Trijoe, mereka dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan dan identitas diri mereka, setelah menulis pernyataan maka mereka semua dilepaskan.

Beberapa anak dari kedua pihak menderita luka-luka lumayan parah sehingga dirujuk ke rumah sakit untuk merawat luka-luka mereka.

Dari awal sampai akhir, dari pihak sekolah YY sama sekali tidak ada staff sekolah atau guru-guru yang muncul untuk melerai atau melakukan negosiasi damai. Mereka ketakutan dan bersembunyi di dalam sekolah. Baru setelah suara sirine polisi menggema, mereka berani keluar sekolah dan mengawasi penangkapan baik murid-murid mereka sendiri maupun anak-anak SMA yang lain.

Andy, Toni, dan Andre memacu sepeda motor mereka di antara lorong-lorong sempit untuk menghindari kejaran para polisi. Untung saja mereka menempatkan satu pengintai di jalan masuk ke arah SMA YY sehingga saat polisi datang, pengintai itu dapat menghubungi mereka bertiga, yang kemudian memerintahkan anak-anak Bandit Jalanan segera mundur setelah melihat mobil polisi yang pertama tiba di tempat.

Ketiganya segera kembali ke jalan raya dan memacu sepeda motor mereka ke arah CiToS.

Setelah memarkir sepeda motor, ketiga kawan karib ini segera memasuki mall dengan tujuan mencuci mata mereka.

“Hahahahahaha, hari ini taktikmu sungguh luar biasa, Ndy.” Toni tertawa riang mengingat tawuran mereka tadi. Andre menganggukkan kepalanya tanda setuju. Mereka bertiga bercakap-cakap sambil menyandarkan badan di pagar besi pengaman.

“Hal itu sudah biasa lah. Kebetulan saja si Trijoe punya hutang padaku, sehingga kita bisa menang tadi.” Sahut Andy dengan nada sedikit datar sementara matanya jelalatan ke sana kemari.  Setiap kali melihat gadis cantik, atau seksi, atau berpakaian minim, ia segera bersiul keras. Andre dan Toni yang  melihat tingkah Andy hanya bisa menggelengkan kepala mereka. Berandalan satu ini memang sudah parah penyakitnya, selain suka berkelahi, mabuk-mabukan, dan gonta-ganti pacar, tiada satupun hal baik yang ada pada dirinya, selain setia pada kawan sendiri dan membenci narkoba setengah mati.

“Sudahlah, kita lebih baik bersenang-senang sekarang daripada mengingat kejadian tadi. Tuh ... tuh ada gadis cantik manis, bajunya warna putih dan roknya pendek garis-garis merah.” Kata Andy bersemangat sambil jarinya menunjuk pada sekumpulan gadis muda di seberang mereka yang sedang berjalan beriringan.

Andre dan Toni segera menoleh dan melihat ke arah yang ditunjuk oleh Andy, keduanya melihat lima gadis muda cantik-cantik yang sebaya umur mereka sedang melihat-lihat di dalam toko yang menjual peralatan olahraga. Di antara mereka tampak seorang gadis muda yang memang cantik menarik dengan wajah keindoan sehingga menonjol di antara teman-temannya selain karena tubuhnya yang tinggi langsing seperti seorang model. Tampak kelimanya bercakap-cakap dengan riang sambil memilih-milih kaus olahraga, sesekali terlihat si gadis cantik itu tertawa lepas, menampakkan lesung pipit di pipinya.

“Suit ... suit ... cantik banget tuh cewe, Ndy. Gimana? Ga mau kenalan sama dia? Siapa tahu bisa kesambet sama loe!” Tantang Toni pada Andy, yang matanya masih terpaku pada gadis cantik itu.

“Lah Andy khan udah punya pacar ... Gimana dengan Nila?” tanya Andre.

“Halah koq kayak kau tidak tahu Andy saja ... Cewe mah kayak pakaian buat dia, kalau ga cocok ya ganti, gitu aja kok repot.” Celetuk Toni dengan santainya.

“Bener, bener, Ton ... Memang kau yang mengerti isi hatiku ... hahahahaha ...” Andy tertawa riang mendengar perkataan Toni, tangannya segera menepuk pundak Toni berulangkali, membuat Toni meringis dan mengaduh, Andy segera melepaskan tangannya masih tertawa.

“Cewe ini sudah cantik, manis, tinggi, langsing, senyumnya juga mengguncang hati ... oooohhh ... aku langsung jatuh cinta padanya ... “ Sambung Andy dengan nada puitis ... Membuat kedua temannya segera merinding geli.

“Kalau kau sudah jatuh cinta, berani ga kau tanya nama dan meminta nomor telpon atau pin BB nya?” Tantang Toni sembari tertawa geli dalam hatinya.

“Siapa bilang aku ga berani ... humph ... lihat saja aksiku ini ... !!!” Jawab Andy dengan pongah ... Ia segera membetulkan baju dan kerahnya ... meludah sedikit di telapak tangan kemudian menyisir rambutnya dengan tangannya itu. Andre dan Toni yang melihatnya langsung merasa mual ...

Andy segera melangkah santai ke toko olahraga di mana kelima gadis itu sedang berada. Ia masuk ke dalam toko itu dan berpura-pura melihat-lihat barang dengan rasa tertarik. Andre dan Toni masih di tempat semula hanya mengawasi tingkah Andy dengan rasa tertarik dan ingin tahu, dengan cara apa berandal satu ini melakukan misinya supaya berhasil.

Andy berkeliling santai kadang berhenti, matanya memandang beberapa barang di dalam toko, sesekali tangannya meraih label harga kemudian terdiam sejenak, seakan-akan sedang menimbang-nimbang akan membeli atau tidak. Ia terus berjalan santai kadang tidak melihat jalan, karena berjalan menyamping dengan matanya memandang pada barang-barang yang terpajang di kanan kirinya. Pelan tapi pasti, jaraknya dengan kelima gadis muda itu semakin dekat.

Sampai saat jaraknya tinggal dua tiga meter, Andy mulai berjalan menyamping dan sedikit mundur, matanya memandangi sebuah kaus olahraga berlogo Manchester United, sementara kelima gadis itu juga mulai bergerak ke arahnya membuat si gadis cantik yang berada di posisi terdepan dan Andy bertabrakan sehingga Andy terjatuh tersungkur ke depan sementara si gadis cantik jatuh ke belakang namun sempat ditopang oleh dua orang temannya, tapi tetap saja karena mendadak dan tabrakan itu cukup keras sehingga si gadis cantik dan kedua temannya terjatuh ke lantai bersama-sama,  hanya saja mereka tidak terluka, hanya sakit di tulang pantat mereka saja.

Andre dan Toni hanya bisa melongo melihat kejadian itu ... Oi .. Oi .. Apa maksudnya si berandal itu .. mengapa bisa ia membuat mereka terjatuh seperti itu ... Katanya mau minta nama dan no telepon, kenapa bisa ceroboh seperti itu?

Saat Andy terjatuh, untung saja tangannya sudah siap sehingga meskipun ia tersungkur  tangannya sempat menyangga, tapi dasar apes, saat terkena lantai yang licin, tangan kirinya juga terpeleset sehingga sikunya menghantam lantai cukup keras, membuatnya mengaduh dan meringis kesakitan. Tapi ia segera bangun duduk dan memandang ke belakangnya di mana tiga gadis terjatuh di tanah sambil meringis kesakitan, rok si gadis cantik tersingkap menunjukkan pahanya yang putih mulus membuat jakun Andy bergerak naik turun dan menelan ludah. Untungnya salah satu teman si gadis cantik sigap dan menarik rok si gadis cantik ke bawah sehingga pemandangan itu pun menghilang. Andy segera menarik pandangannya dan memandangi kelimanya bergantian.

“Hei kalau jalan yang benar, matanya dipakai, masa asal jalan saja!” Bentak salah seorang gadis muda yang rambutnya dikepang dua.

“Sori ... sori ... aku yang salah ... sori ... Aduh ...“ Andy meminta maaf sambil berusaha berdiri, tapi tangan kirinya sangat sakit dan saat digerakkan sangat sakit membuatnya mengaduh dan meringis kesakitan. Peluh dingin muncul di dahinya.

Dua orang SPG di dekat kejadian segera memburu mendekat dan seorang di antaranya membantu Andy untuk berdiri dan bertanya apa ia tidak apa-apa, Andy mengiyakan sambil menahan sakit. SPG yang lain membantu ketiga gadis yang jatuh.

Kelima gadis muda itu sebenarnya mau memaki dan memarahi remaja lelaki yang menabrak mereka ini, tapi mereka sedikit melunak saat dia minta maaf, dan langsung amarah mereka menghilang  saat menyaksikan remaja itu meringis kesakitan sementara tangan kirinya menggantung dan sikunya terlihat kemerahan. Jangan-jangan tulangnya retak atau patah ... ?

Kelima gadis muda itu segera merasa tidak enak ... Mereka merasa kalau remaja lelaki itu juga tidak sengaja, kesalahan pun sebenarnya juga ada di pihak mereka, mengapa mereka tadi berjalan sambil bercakap-cakap sehingga menabrak si remaja lelaki ini, coba kalau mereka tadi berjalan dengan hati-hati, pasti kejadian ini tak akan terjadi.

Mereka berlima segera keluar dari toko, merasa sedikit malu karena menyebabkan kehebohan di dalam toko, sehingga memutuskan untuk segera keluar.  Andy mengikuti di belakang mereka setelah mengucapkan terima kasih pada SPG yang sudah membantunya tadi.

Kelima gadis itu tampak menunggu Andy di depan toko, mereka berlima saling berpandangan satu sama lain, Andy segera menghampiri mereka.

“Sori ya .. tadi aku sudah membentakmu.” Si gadis berkepang dua segera maju dan menundukkan kepalanya.

“Oh tidak apa-apa ... tidak masalah ... aku juga salah koq karena berjalan mundur jadi tidak tahu kalau kalian ada di belakangku.” Mata Andy kemudian menatap si gadis cantik, melanjutkan, “Nona cantik bagaimana denganmu? Apa tidak apa-apa? Sori ya, aku tak sengaja tadi ... “

Si gadis cantik itu segera memerah wajahnya saat dipanggil ‘gadis cantik’ oleh Andy. Keempat temannya sedikit tertegun mendengarnya, tapi tawa mereka segera meledak, sementara si gadis cantik itu menundukkan kepalanya tersipu, menjawab perlahan dengan malu-malu, “Aku tidak apa-apa.”

“Hahahahahaha, Vivi orangnya pemalu, jarang bercakap-cakap dengan anak laki-laki.” Celetuk seorang gadis berkacamata.

“Oh .. sori .. sori ... aku tidak bermaksud membuatnya malu, ini mulutku kadang memang tak terkontrol ... hahahaha ... apa yang ada di pikiranku sering keluar tanpa kusadari ... sori banget ... “ Andy tertawa serba salah dan tampak salah tingkah.

Keempat gadis itu kembali tertawa melihat tingkah Andy, si gadis cantik bernama Vivi pun tampak tersenyum simpul ...

“Oooh ... cantik banget kalau tersenyum ...” Andy kembali terpana melihat senyum si Vivi.

Keempat gadis itu tertawa keras berkepanjangan sambil memegangi perut mereka, sementara Vivi justru menggunakan kedua tangannya untuk menutupi mukanya yang merah seperti tomat.

Andy seperti tersadar dari lamunannya kemudian menabok mulutnya sambil bergumam, “Dasar mulut besar, mengapa kau justru membocorkan pikiranku ...  dasar mulut bocor!”

Kini kelima gadis itu, termasuk Vivi, tertawa tak henti-hentinya sampai membungkukkan badan mereka, bahkan dua orang dari mereka berjongkok menahan tawa. Orang-orang yang lewat memandangi keenam remaja pria dan perempuan ini dengan pandangan aneh ... gila kali ... mungkin begitu pemikiran mereka ...

Andre dan Toni hanya bisa terpana dan membelalakkan mata mereka, kok bisa ya ... secepat itu mereka menjadi akrab dengan Andy ... jurus dewa apa yang dipakai oleh si berandal itu ... Keduanya segera menyusul Andy, tak bersedia melepaskan kesempatan untuk berkenalan dengan gadis-gadis cantik itu.

== OO ==

No comments:

Post a Comment